INVESTASI GENERASI

. Senin, 02 Mei 2011
  • Agregar a Technorati
  • Agregar a Del.icio.us
  • Agregar a DiggIt!
  • Agregar a Yahoo!
  • Agregar a Google
  • Agregar a Meneame
  • Agregar a Furl
  • Agregar a Reddit
  • Agregar a Magnolia
  • Agregar a Blinklist
  • Agregar a Blogmarks

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.
Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah
mereka mengucapkan perkataan yang benar. (QS. An Nisa : 9)

Anak adalah permata hati, anak adalah penyejuk mata, dan yang pasti anak adalah AMANAH yang dititipkan Allah SWT kepada kedua orang tua, yang menjadi wasilah proses kejadian sampai dengan persalinannya. Sebagai orang tua yang bertanggung jawab, tentunya akan berusaha sekuat tenaga, bahkan mempertaruhkan apa saja untuk menjaga amanah tersebut. Dalam sebuah hadits Rosululloh Muhammad SAW telah memberikan nasihat yang tegas, bahwa keyakinan seorang anak adalah produk dari orang tuanya. Semua bayi lahir dalam keadaan FITROH (MUSLIM), maka orang tuanya-lah yang akan menjadikannya YAHUDI, MAJUSI atau NASRANI
Proses pendidikan di dalam rumah sampai dengan proses pemilihan tempat pendidikan oleh orang tualah yang akan membentuk keyakinan sang anak. Kalau ada pernyataan bahwa ada anak yang nakal, tidak punya sopan santun, tidak berakhlaq, yang patut dipertanyakan adalah : ANAK SIAPA ITU? SIAPA KEDUA ORANG TUANYA? BAGAIMANA CARA MENDIDIKNYA? DIMANA DI SEKOLAHKAN? Dan serentetan pertanyaan yang akan dialamatkan kepada orang tua, yang memang harus bertanggung jawab untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Anak adalah investasi, bagaimana hal itu mungkin terjadi? Ya, anak adalah asset yang dapat memberikan keuntungan DUNIA AKHIRAT kalau orang tua atas ijin Allah SWT berhasil mendidik secara baik dan benar. Demikian pula sebaliknya, akan menjadi FITNAH dan MUSIBAH apabila orang tua lalai, teledor, dan tidak mempunyai perencanaan dalam merawat dan memelihara sang anak. Yang perlu dipahami, sebagai orang tua kita wajib berusaha untuk mendidik sebaik mungkin, menyekolahkan di tempat yang baik, menafkahi dengan cara yang halal dan toyyib, setelah semua proses kita lalui dengan ikhtiar maksimal, maka tawakkal harus menyertai upaya itu, artinya semua keputusan kembali kepada Allah SWT terhadap hasil usaha yang telah dilakukan orang tua.
Islam mengajarkan, dalam upaya membentuk generasi yang rabbani, generasi yang senantiasa berada dalam naungan ilahi, maka perencanaan harus dilakukan sejak sebelum proses pernikahan dilakukan. Maka kita kembali mengingat pesan Rasul mulia Muhammad SAW, bahwa wanita itu dinikahi karena empat (4) hal, kecantikan, nasab, harta dan agamanya, maka barangsiapa yang menikahi wanita atas dasar agamanya, maka akan Allah akan meridhoinya. Bahasa rasul menempatkan wanita sebagai obyek dalam hadits ini, menjelaskan kepada kita, bahwa sesungguhnya pada wanitalah tempat benih itu disemai. Tentunya para muslimah juga berhak dan berkewajiban untuk memilih calon pasangannya, yang akan menaburkan benih pada dirinya, dengan calon yang memiliki akhlaq yang baik, pengetahuan dan pengamalan agama yang baik.
Dari penjelasan diatas diketahui bahwa wanita atau laki-laki shalehah dan shaleh itu lahir karena adanya proses mendalami sekaligus menjalankan agama secara benar. Dari sini juga tampak bahwa agama betul-betul dasar pokok dalam memilih calon pasangan. Karena termasuk masalah pokok inilah, dalam hadits di bawah ini disebutkan, apabila ada laki-laki yang jelas-jelas shaleh dan beragama kuat hendak menikahi putri seseorang, maka nikahkanlah kepadanya karena kalau tidak, akan menyebabkan fitnah bagi putri tersebut.
Fenomena memprihatinkan sekarang ini adalah, betapa banyak kita jumpai tindakan maksiyat berupa perzinaaan yang menimpa generasi muda muslim. Ini menjadi masalah besar bagi kita, karena apabila proses pembuahan anak manusia dilakukan dengan cara yang melanggar aturan syar’i maka bagaimana kualitas produk yang dihasilkannya nanti. Apakah masih layak kita berharap banyak kepada generasi yang lahir dengan proses cacat seperti itu. Meskipun sebenarnya bayi yang lahir tidak akan membawa dosa warisan orang tuanya.
Layaknya sebuah investasi, Allah menuntunkan kita benar-benar lurus dalam usaha menanamkan benih di rahim kita. Sejak awal hubungan biologis orang-orang beriman dituntunkan untuk berdo’a. Bismillahi Allahumma jannibnasy syaithon wajanibnasy syaithona maa razaqtanaTerjemahan hadits lengkapnya. Bukhori meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah bersabda:
“Sekiranya salah seorang diantara kalian menggauli istrinya lalu ia mengucapkan ‘Dengan nama Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami’, maka sekiranya Dia mengaruniakanseorang anak kepada keduanya, maka anaknya itu tidak akan dibahayakan oleh setan selama-lamanya “.
Sungguh sebuah amanah yang besar itu selayaknya pula dipersiapkan dengan tuntunan Allah. Tidak ada sebuah rencana bagi kita yang mengaku beriman ini tanpa melibatkan Allah dalam segala urusan dan hajat kita. Program investasi generasi ini juga benar-benar akan menguji ketawakalan kita sebagai hamba. Bahwa kesenangan, harapan dan cita-cita mendapatkan anak yang sholeh, banyak dan sehat tentulah tidak cukup dengan persiapan dhohir dengan program-program makanan sehat, tips agar cepat mendapat keturunan, namun lebih dari itu.
Keyakinan bahwa Allah yang menjadikan benih itu tumbuh dirahim ibu-ibu, Allah yang melahirkannya, termasuk Allah yang memilihkan jenis kelamin anak-anak kita, atau bahkan menjadikan kita tak berputra, harus terus kita pelihara. Semua itu agar tidak ada harapan yang pupus ataupun percaya diri berlebihan yang melahirkan sikap berbangga. Termasuk berbangga dengan jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Sungguh benar Allah berfirman dalam Q.S. Asy-Syura (42) : 49-50
“Milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, (QS.42 : 49)“ atau Dia menganugerahkan jenis laki-laki dan perempuan, dan menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui, Maha Kuasa.(QS.42:50)
Sebagai catatan akhir mari kita kembali mengingat sabda Rasululloh SAW : apabila meninggal anak adam, maka terputuslah amalnya kecuali karena tiga perkara, shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang mendoakan kepada orang tuanya.  Ada perbedaan pendapat dalam memaknai anak sholih dalam riwayat ini, apakah harus anak kandung ataukah tidak mesti anak kandung yang dalam pengasuhan orang yang meninggal tersebut. Tidak perlu kita menghabiskan waktu dan energi untuk berdebat mengenai hal itu, tetapi yang pasti tanpa ada investasi generasi robbani, maka betapa susahnya orang tua yang meninggal, karena tidak ada untaian doa yang dipanjatkan sang buah hati bagi dirinya yang ada di alam barzakh.
Bisa jadi bukan si anak tidak mau mendoakan, tapi mungkin si anak tidak tahu, tidak bisa dan tidak paham karena dalam menjalani hidupnya dia tidak dididik untuk menjadi genesasi sholih sholihah.
Kita berlindung kepada Allah SWT dari kekhilafan, kelemahan dan kekurangan dalam mendidik anak-anak kita, semoga hidayah Allah SWT senantiasa bersama kita, amiin

Wallohu a’lam bi showab

0 comments: