PETIR : Tanda Kekuasaan Allah SWT

. Senin, 09 Mei 2011
  • Agregar a Technorati
  • Agregar a Del.icio.us
  • Agregar a DiggIt!
  • Agregar a Yahoo!
  • Agregar a Google
  • Agregar a Meneame
  • Agregar a Furl
  • Agregar a Reddit
  • Agregar a Magnolia
  • Agregar a Blinklist
  • Agregar a Blogmarks

Jumat malam kemarin (6 Mei), selepas maghrib, lingkungan rumah mulai rintik-rintik hujan. Kakak Hilmi, menjelang berangkat ke "Langgar Pak Tolhah" dah pesen, "Bi, nanti nek hujan, aku dijemput ya" soalnya dia males bawa payung. Dan begitulah sesaat setelah maghrib, hujan pun turun dengan lumayan lebat.
              Sesuai dengan janjiku kepada kakak, maka saat adzan isya berkumandang sudah aku siapkan 2 buah jas hujan, satu segera tak pakai, satu aku taruh di keranjang sepada polygon. Sambil megangi kerudung kepala jas hujan, kukayuh perlahan polygonku menuju Langgar Pak Tolhah. Saat sampai di langgar, anak-anak sedang khusyu' wirid dipimpin Pak Tolhah dan diakhiri dengan doa bersama. Setelah cium tangan sang ustad, mulailah satu persatu, santri-santri kecil ini keluar langgar, sambil celingak-celinguk mencari penjemputnya. Demikian pula Kak Hilmi, segera menuju teras, tempat aku menunggu. Jas hujan yang tadi di keranjang sepeda, sekarang dah dipakai kakak, kebesaran memang, tapi justru lumayan melindungi tubuh kecilnya.
               Dengan beriringan, kami jalan kaki, polygon aku tuntun, sedang anakku berjalan kadang di sampingku, kadang di belakangku, karena hujan yang semakin lebat. Sambil berjalan perlahan aku katakan pada anakku, "mas, abi belum sholat, kita mampir masjid dulu ya, sambil nunggu biar agak reda". Alhamdulillah, di masjid baru mulai sholat isya, jadi masih kebagian jamaah isya. Sejenak berdzikir, kemudian kulanjutkan dengan sholat ba'diyah isya, nah saat aku takbir menjelang ruku, tiba-tiba ..LAP...DUA...RRR,
petir menggelegar keras sekali. Jarak kilat dengan petir rasanya hanya hitungan detik, masyaallah, subhanalloh, astaghfirulloh, laa haula wa laa quwwata illa billah, demikian berkecamuk dalam hati ini, namun sholat ba'diyah terus aku selesaikan.
        Ditengah-tengah sholat tidak aku pungkiri, pikiran melayang ke rumah, membayangkan Uminya Hilmi dengan dua balitanya, Mutia dan Lutfan yang pasti ketakutan dengan gelegar petir tadi. Alhamdulillah semua terkendali, tidak ada konsleting listrik atau alat listrik yang rusak di rumah. Kedua balitaku, setelah ketakutan dengan petir itu, langsung minta dikeloni sama uminya dan langsung tidur pulas.
        Paginya, tetangga ternyata ramai membicarakan petir semalam, yang ternyata  membawa "oleh-oleh". Tetangga di utara rumah sampai ujung paling utara, hampir semua televisinya terbakar, ada yang receiver parabolanya juga mati, bahkan yang paling "horrible" di rumahnya pak Nandib, salah seorang teman di masjib, stop kontak di rumahnya, pecah dan terpental hampir 3 meter, subhanalloh, seakan petir itu pas di atas rumahnya.
         Penasaran rasanya, kucoba cari literatur, apa itu petir, dan dari wikipedia tertulis : petir adalah gejala alam yang terjadi akibat perbedaan potensial awan dan bumi atau dengan awan lainnya. Jika dianalogkan dengan kapasitor, awan bisa bermuatan positif bisa juga negatif, sedangkan bumi dianggap netral.
          Proses terjadinya muatan pada awan karena dia bergerak terus menerus secara teratur, dan selama pergerakannya dia akan berinteraksi dengan awan lainnya sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi (atas atau bawah), sedangkan muatan positif berkumpul pada sisi sebaliknya. Jika perbedaan potensial antara awan dan bumi cukup besar, maka akan terjadi pembuangan muatan negatif (elektron) dari awan ke bumi atau sebaliknya untuk mencapai kesetimbangan. Pada proses pembuangan muatan ini, media yang dilalui elektron adalah udara. Pada saat elektron mampu menembus ambang batas isolasi udara inilah terjadi ledakan suara. Petir lebih sering terjadi pada musim hujan, karena pada keadaan tersebut udaramengandung kadar air yang lebih tinggi sehingga daya isolasinya turun dan arus lebih mudah mengalir. Karena ada awan bermuatan negatif dan awan bermuatan positif, maka petir juga bisa terjadi antar awan yang berbeda muatan.
          Nah, yang masih mengganjal, bagaimana petir bisa merusak alat elektronik? (televisi, parabola). Ada 2 kemungkinan, Pertama, petir menyambar langsung alat-alat yang mempunyai antena di luar dan cukup tinggi, dan di sekitarnya tidak ada penangkal petirnya. Kedua, melalui jaringan listrik PLN, saluran transmisi PLN yang tersambar, mengakibatkan tegangan pulsa menjadi naik melebihi batas normal, dan merusak komponen alat elektronika yang kita punya, dan pastinya saat TV, parabola dan alat lainnya dalam kondisi terkoneksi dengan jaringan listrik PLN, jadi rusaklah sudah, hi...hi...hi (moga masih bisa diservis ya, kalo gak bisa, mungkin memang sudah saatnya ganti yang baru.          
          Beberapa tetangga menanyakan kabar tv maupun alat lainnya saat kumpulan RT malam minggunya. Saat aku ditanya, "pak RT, gimana tv-nya, rusak juga?" aku tersenyum, dan kujawab, "saya tidak punya tv pak, itu ada tv-nya anak-anak, tapi khusus untuk nyetel kaset vcd, tidak ada sambungan tv kabelnya, jadi tv saya aman. Alhamdulillah, saya berkomitmen dengan istri untuk "TIDAK PUNYA TV" di rumah, sampai sekarang sudah berjalan hampir 7 tahun.
            Agaknya demikian, menjawab penasaran dari petir jumat malam kemarin, semoga bisa kita ambil hikmahnya dan menjadi pelajaran bagi kita semua.

0 comments: